Festival Budaya Jawa Timur Terbaru
Festival yang berlangsung selama tiga hari ini dipusatkan di
Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Pasuruan, sebuah kawasan terbuka yang
kerap menjadi lokasi pertunjukan budaya dan seni berskala nasional. Gelaran ini
sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata dan pelestarian budaya lokal di
tengah gempuran budaya modern.
![]() |
Festival Budaya Jawa Timur Terbaru |
Diresmikan Langsung oleh Gubernur
Acara pembukaan Festival Budaya Jawa Timur 2025 berlangsung
meriah pada Jumat malam (2/5), dan dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Timur,
Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Gubernur menyampaikan
pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur sebagai identitas
daerah dan aset bangsa.
"Festival budaya ini menjadi ruang ekspresi
sekaligus edukasi bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan
melestarikan tradisi luhur yang dimiliki Jawa Timur," ujar Khofifah.
Menurutnya, kekayaan budaya yang dimiliki setiap daerah di
Jawa Timur memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik dari sisi ekonomi
kreatif maupun pariwisata. Festival semacam ini, lanjut Khofifah, diharapkan
dapat membangkitkan semangat warga untuk terus merawat kearifan lokal.
![]() |
Festival Budaya Jawa Timur Terbaru |
20 Kabupaten/Kota Tampilkan Seni Khas Daerah
Festival kali ini diikuti oleh perwakilan dari 20
kabupaten/kota di Jawa Timur. Masing-masing daerah memboyong seniman lokal
untuk menampilkan seni khasnya di panggung utama. Mulai dari Reog Ponorogo,
Ludruk Surabaya, Tari Remo Jombang, hingga Wayang Topeng
Malang, semuanya tampil memukau di hadapan ribuan penonton.
Tak hanya seni pertunjukan, festival ini juga menghadirkan
berbagai atraksi budaya seperti kirab budaya, pawai busana adat,
dan pertunjukan musik tradisional. Salah satu yang paling mencuri
perhatian adalah Parade Ondel-Ondel Jatim, di mana boneka raksasa
setinggi 3 meter dengan kostum khas daerah masing-masing berjalan beriringan di
area festival.
Menurut ketua panitia, Heri Santoso, acara ini
merupakan hasil kolaborasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
dengan pemerintah daerah dan komunitas seni. Ia menyebut antusiasme peserta
sangat tinggi sejak pendaftaran dibuka awal April lalu.
"Target awal kami hanya 15 daerah, ternyata yang
mendaftar sampai 20 kabupaten/kota. Ini bukti bahwa semangat pelestarian budaya
di Jawa Timur masih sangat kuat," ujar Heri.
Pasar Kuliner Tradisional Jadi Favorit Pengunjung
Selain panggung seni, festival ini juga dimeriahkan oleh Pasar
Kuliner Tradisional yang menjajakan aneka makanan khas Jawa Timur. Deretan
tenda-tenda kuliner tampak dipadati pengunjung sejak siang hari. Mulai dari rawon
Surabaya, sate kelapa Madura, pecel Blitar, hingga jajanan
pasar seperti kue putu, getuk pisang Kediri, dan jenang abang
laris manis diserbu pengunjung.
Salah satu pedagang, Bu Wati asal Pasuruan, mengaku
senang bisa ambil bagian dalam festival ini. Ia membawa produk unggulannya,
yaitu soto pandaan dan onde-onde jumbo.
"Alhamdulillah dagangan saya cepat habis, banyak
pengunjung yang penasaran sama onde-onde jumbo ini. Biasanya cuma bisa ditemui
di pasar tradisional sini," ungkap Bu Wati.
Para pengunjung pun tampak antusias mencicipi ragam sajian
kuliner yang disediakan. Fitriani, pengunjung asal Sidoarjo, mengatakan
festival ini menjadi momen yang tepat untuk mengenalkan kuliner tradisional
kepada anak-anak.
"Biasanya anak-anak sukanya fast food, tapi di sini
mereka jadi kenal kue-kue tradisional dan makanan khas daerah. Senang bisa
sekalian wisata kuliner dan budaya," ujarnya.
Pameran Kerajinan Khas Jawa Timur
Di sisi lain area festival, juga digelar Pameran
Kerajinan Jawa Timur yang menampilkan produk-produk handmade dari berbagai
daerah. Mulai dari batik tulis Madura, anyaman bambu Trenggalek, topeng
Malangan, hingga kerajinan gerabah Kasongan dipamerkan di
stand-stand khusus.
Salah satu produk yang mencuri perhatian adalah batik
motif Sawunggaling dari Surabaya dan keris khas Ponorogo yang
dipercaya memiliki nilai historis tinggi. Para pengrajin pun memamerkan
langsung proses pembuatan produknya di hadapan pengunjung.
"Kami sengaja hadirkan pengrajin asli supaya
pengunjung bisa lihat langsung proses pembuatannya. Jadi bukan hanya belanja,
tapi juga belajar budaya," kata Rina Ayu, koordinator pameran.
Harapan Festival Jadi Agenda Tahunan
Melihat antusiasme masyarakat yang begitu tinggi, panitia
dan pemerintah provinsi berencana menjadikan Festival Budaya Jawa Timur
ini sebagai agenda tahunan. Selain untuk menjaga eksistensi seni tradisional,
festival ini juga diharapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan domestik
maupun mancanegara.
"Tahun depan kami targetkan bisa libatkan semua
kabupaten/kota se-Jawa Timur dan memperluas area festival," ujar Heri
Santoso.
Gubernur Khofifah pun mendukung penuh rencana tersebut.
Menurutnya, kekayaan budaya Jawa Timur sangat potensial untuk dipromosikan ke
tingkat nasional bahkan internasional.
"Kita punya warisan budaya luar biasa. Kalau tidak
kita lestarikan dan promosikan, generasi muda bisa kehilangan identitasnya.
Lewat festival seperti ini, kita hidupkan lagi budaya leluhur,"
tegasnya.
Ditutup dengan Wayang Orang Kolosal
Puncak festival ditutup dengan pertunjukan wayang orang
kolosal berjudul "Panji Asmarabangun" yang melibatkan
lebih dari 80 seniman dari berbagai daerah. Pertunjukan ini memadukan
seni teater tradisional dengan tata cahaya dan musik modern tanpa meninggalkan
pakem aslinya.
Selama hampir dua jam, penonton disuguhi kisah asmara Panji
Asmarabangun dengan Dewi Sekartaji yang sarat nilai moral dan pesan kebaikan.
Pertunjukan ini sukses memukau penonton hingga malam hari.
Ratna Pramudita, seorang budayawan asal Malang,
mengaku salut dengan kemasan acara ini.
"Saya sangat apresiasi, karena wayang orang mulai
jarang ditampilkan. Dengan format kolosal seperti ini, bisa menarik generasi
muda untuk mengenal kesenian tradisional," katanya.
Penutup
Festival Budaya Jawa Timur 2025 menjadi bukti nyata bahwa
kekayaan budaya lokal masih menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Antusiasme pengunjung dari berbagai daerah menunjukkan bahwa tradisi dan budaya
bisa tetap eksis di era modern, asalkan dikelola dan dikemas dengan menarik.
Acara ini tak hanya menjadi ajang hiburan, tapi juga ruang
edukasi dan pelestarian warisan budaya yang patut dilestarikan. Harapannya,
festival semacam ini bisa terus diadakan dan dikembangkan, bukan hanya di
tingkat provinsi, tapi juga di tingkat nasional.