Festival Budaya Jawa Timur Terbaru

Detikabar.info - Jawa Timur kembali menunjukkan pesonanya lewat gelaran festival budaya terbaru yang sukses menyedot perhatian ribuan pengunjung. Bertajuk "Pesona Budaya Jawa Timur 2025", acara ini digelar pada awal Mei 2025 dan menghadirkan beragam pertunjukan seni, kuliner tradisional, hingga pameran kerajinan khas dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Festival yang berlangsung selama tiga hari ini dipusatkan di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Pasuruan, sebuah kawasan terbuka yang kerap menjadi lokasi pertunjukan budaya dan seni berskala nasional. Gelaran ini sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata dan pelestarian budaya lokal di tengah gempuran budaya modern.


Festival Budaya Jawa Timur Terbaru



Diresmikan Langsung oleh Gubernur

Acara pembukaan Festival Budaya Jawa Timur 2025 berlangsung meriah pada Jumat malam (2/5), dan dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Gubernur menyampaikan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur sebagai identitas daerah dan aset bangsa.

"Festival budaya ini menjadi ruang ekspresi sekaligus edukasi bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan melestarikan tradisi luhur yang dimiliki Jawa Timur," ujar Khofifah.

Menurutnya, kekayaan budaya yang dimiliki setiap daerah di Jawa Timur memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik dari sisi ekonomi kreatif maupun pariwisata. Festival semacam ini, lanjut Khofifah, diharapkan dapat membangkitkan semangat warga untuk terus merawat kearifan lokal.


Festival Budaya Jawa Timur Terbaru


20 Kabupaten/Kota Tampilkan Seni Khas Daerah

Festival kali ini diikuti oleh perwakilan dari 20 kabupaten/kota di Jawa Timur. Masing-masing daerah memboyong seniman lokal untuk menampilkan seni khasnya di panggung utama. Mulai dari Reog Ponorogo, Ludruk Surabaya, Tari Remo Jombang, hingga Wayang Topeng Malang, semuanya tampil memukau di hadapan ribuan penonton.

Tak hanya seni pertunjukan, festival ini juga menghadirkan berbagai atraksi budaya seperti kirab budaya, pawai busana adat, dan pertunjukan musik tradisional. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Parade Ondel-Ondel Jatim, di mana boneka raksasa setinggi 3 meter dengan kostum khas daerah masing-masing berjalan beriringan di area festival.

Menurut ketua panitia, Heri Santoso, acara ini merupakan hasil kolaborasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dengan pemerintah daerah dan komunitas seni. Ia menyebut antusiasme peserta sangat tinggi sejak pendaftaran dibuka awal April lalu.

"Target awal kami hanya 15 daerah, ternyata yang mendaftar sampai 20 kabupaten/kota. Ini bukti bahwa semangat pelestarian budaya di Jawa Timur masih sangat kuat," ujar Heri.

Pasar Kuliner Tradisional Jadi Favorit Pengunjung

Selain panggung seni, festival ini juga dimeriahkan oleh Pasar Kuliner Tradisional yang menjajakan aneka makanan khas Jawa Timur. Deretan tenda-tenda kuliner tampak dipadati pengunjung sejak siang hari. Mulai dari rawon Surabaya, sate kelapa Madura, pecel Blitar, hingga jajanan pasar seperti kue putu, getuk pisang Kediri, dan jenang abang laris manis diserbu pengunjung.

Salah satu pedagang, Bu Wati asal Pasuruan, mengaku senang bisa ambil bagian dalam festival ini. Ia membawa produk unggulannya, yaitu soto pandaan dan onde-onde jumbo.

"Alhamdulillah dagangan saya cepat habis, banyak pengunjung yang penasaran sama onde-onde jumbo ini. Biasanya cuma bisa ditemui di pasar tradisional sini," ungkap Bu Wati.

Para pengunjung pun tampak antusias mencicipi ragam sajian kuliner yang disediakan. Fitriani, pengunjung asal Sidoarjo, mengatakan festival ini menjadi momen yang tepat untuk mengenalkan kuliner tradisional kepada anak-anak.

"Biasanya anak-anak sukanya fast food, tapi di sini mereka jadi kenal kue-kue tradisional dan makanan khas daerah. Senang bisa sekalian wisata kuliner dan budaya," ujarnya.

Pameran Kerajinan Khas Jawa Timur

Di sisi lain area festival, juga digelar Pameran Kerajinan Jawa Timur yang menampilkan produk-produk handmade dari berbagai daerah. Mulai dari batik tulis Madura, anyaman bambu Trenggalek, topeng Malangan, hingga kerajinan gerabah Kasongan dipamerkan di stand-stand khusus.

Salah satu produk yang mencuri perhatian adalah batik motif Sawunggaling dari Surabaya dan keris khas Ponorogo yang dipercaya memiliki nilai historis tinggi. Para pengrajin pun memamerkan langsung proses pembuatan produknya di hadapan pengunjung.

"Kami sengaja hadirkan pengrajin asli supaya pengunjung bisa lihat langsung proses pembuatannya. Jadi bukan hanya belanja, tapi juga belajar budaya," kata Rina Ayu, koordinator pameran.

Harapan Festival Jadi Agenda Tahunan

Melihat antusiasme masyarakat yang begitu tinggi, panitia dan pemerintah provinsi berencana menjadikan Festival Budaya Jawa Timur ini sebagai agenda tahunan. Selain untuk menjaga eksistensi seni tradisional, festival ini juga diharapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Tahun depan kami targetkan bisa libatkan semua kabupaten/kota se-Jawa Timur dan memperluas area festival," ujar Heri Santoso.

Gubernur Khofifah pun mendukung penuh rencana tersebut. Menurutnya, kekayaan budaya Jawa Timur sangat potensial untuk dipromosikan ke tingkat nasional bahkan internasional.

"Kita punya warisan budaya luar biasa. Kalau tidak kita lestarikan dan promosikan, generasi muda bisa kehilangan identitasnya. Lewat festival seperti ini, kita hidupkan lagi budaya leluhur," tegasnya.

Ditutup dengan Wayang Orang Kolosal

Puncak festival ditutup dengan pertunjukan wayang orang kolosal berjudul "Panji Asmarabangun" yang melibatkan lebih dari 80 seniman dari berbagai daerah. Pertunjukan ini memadukan seni teater tradisional dengan tata cahaya dan musik modern tanpa meninggalkan pakem aslinya.

Selama hampir dua jam, penonton disuguhi kisah asmara Panji Asmarabangun dengan Dewi Sekartaji yang sarat nilai moral dan pesan kebaikan. Pertunjukan ini sukses memukau penonton hingga malam hari.

Ratna Pramudita, seorang budayawan asal Malang, mengaku salut dengan kemasan acara ini.

"Saya sangat apresiasi, karena wayang orang mulai jarang ditampilkan. Dengan format kolosal seperti ini, bisa menarik generasi muda untuk mengenal kesenian tradisional," katanya.

Penutup

Festival Budaya Jawa Timur 2025 menjadi bukti nyata bahwa kekayaan budaya lokal masih menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Antusiasme pengunjung dari berbagai daerah menunjukkan bahwa tradisi dan budaya bisa tetap eksis di era modern, asalkan dikelola dan dikemas dengan menarik.

Acara ini tak hanya menjadi ajang hiburan, tapi juga ruang edukasi dan pelestarian warisan budaya yang patut dilestarikan. Harapannya, festival semacam ini bisa terus diadakan dan dikembangkan, bukan hanya di tingkat provinsi, tapi juga di tingkat nasional.

 

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel