Curah Hujan Ekstrem di Jakarta: Data BMKG, Analisis Ahli, dan Dampaknya

Jakarta Hujan Terbesar
Jakarta Hujan Terbesar
Detikabar.info - Fenomena curah hujan ekstrem di Jakarta kembali menjadi sorotan publik. Hujan deras yang turun dalam intensitas tinggi beberapa hari terakhir menimbulkan kekhawatiran masyarakat terkait potensi banjir, genangan, hingga dampaknya pada aktivitas harian. Dalam beberapa catatan, hujan kali ini bahkan disebut-sebut memiliki intensitas serupa dengan kejadian pada awal 2020.

Menurut catatan resmi BMKG, curah hujan di Jakarta pada pertengahan September 2025 mencapai level ekstrem di sejumlah titik. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah fenomena ini merupakan kejadian berulang atau tanda perubahan iklim yang semakin nyata? Artikel ini akan membahas data, penjelasan ilmiah, hingga pandangan para ahli.

Data Curah Hujan Ekstrem di Jakarta Menurut BMKG

BMKG melaporkan bahwa curah hujan di Stasiun Meteorologi Kemayoran mencapai 180 mm dalam sehari, yang masuk dalam kategori ekstrem. Angka ini setara dengan curah hujan bulanan di beberapa wilayah Indonesia.

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menjelaskan bahwa intensitas hujan kali ini dipengaruhi oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang memperkuat pembentukan awan hujan. Selain itu, gelombang Rossby yang melintas di wilayah Indonesia juga menambah akumulasi awan konvektif.

BMKG menegaskan bahwa meskipun fenomena hujan ekstrem berulang, masyarakat tetap perlu meningkatkan kewaspadaan. Curah hujan dalam kategori ekstrem dapat berimplikasi pada risiko banjir rob, longsor di wilayah perbukitan, serta terganggunya transportasi darat dan udara.

Perbandingan Hujan Ekstrem 2020 dan 2025

Salah satu hal menarik adalah adanya kemiripan antara hujan ekstrem kali ini dengan kejadian awal 2020. Saat itu, curah hujan di Jakarta bahkan menembus angka 377 mm per hari, yang menjadi salah satu rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Erma Yulihastin, peneliti iklim dari BRIN, menyebutkan bahwa pola hujan 2025 memiliki intensitas yang mirip dengan 2020, meski distribusinya berbeda. “Pada tahun 2020, curah hujan sangat terfokus di Jakarta Timur dan Selatan. Tahun ini, hujan ekstrem lebih merata ke seluruh Jabodetabek,” jelasnya.

Dengan membandingkan dua peristiwa besar ini, publik dapat memahami bahwa fenomena curah hujan ekstrem bukan kejadian tunggal, melainkan pola yang bisa berulang dengan skala berbeda.

Faktor Penyebab Curah Hujan Ekstrem

Fenomena hujan ekstrem di Jakarta tidak hanya dipengaruhi oleh MJO dan gelombang Rossby. Para ahli juga menyoroti faktor-faktor lain, seperti:

  • Pemanasan Suhu Permukaan Laut (SPL) di wilayah barat Indonesia yang memicu pembentukan awan.

  • Kondisi atmosfer labil yang memperkuat pertumbuhan awan cumulonimbus.

  • Urban heat island di Jakarta yang memperburuk akumulasi energi panas dan memengaruhi pola curah hujan lokal.

BMKG juga menambahkan bahwa periode peralihan musim sering menjadi fase paling rentan terhadap hujan dengan intensitas tinggi.

Dampak Sosial dan Ekonomi dari Hujan Ekstrem

Hujan deras dengan intensitas ekstrem tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Beberapa wilayah di Jakarta mengalami genangan yang menghambat aktivitas perkantoran, perdagangan, dan transportasi.

Sektor informal, seperti pedagang kaki lima, juga terkena dampak langsung. Aktivitas ekonomi harian menurun karena hujan deras mengurangi jumlah pembeli. Pada sisi lain, hujan ekstrem menimbulkan biaya tambahan untuk perbaikan infrastruktur, drainase, hingga kebutuhan tanggap darurat.

Respon Pemerintah dan Tindakan Mitigasi

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan tim dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) untuk memastikan pompa air berfungsi optimal di titik-titik rawan banjir. Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta telah menyiapkan posko siaga di beberapa wilayah.

BMKG juga memberikan peringatan dini agar masyarakat tidak beraktivitas di area rentan banjir dan selalu memantau informasi cuaca terbaru. Mitigasi ini bertujuan mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materi akibat hujan ekstrem.

Perspektif Ahli Iklim BRIN

Menurut Erma Yulihastin, hujan ekstrem yang terjadi tahun ini dapat menjadi sinyal semakin kuatnya dampak perubahan iklim di kawasan tropis. Intensitas hujan meningkat, distribusi semakin luas, dan pola semakin sulit diprediksi.

“Yang perlu diperhatikan adalah tren jangka panjang. Jika pola curah hujan ekstrem makin sering terjadi, maka kota-kota besar seperti Jakarta harus mempersiapkan infrastruktur adaptif, bukan sekadar solusi darurat,” tegasnya.

Pernyataan ini menegaskan pentingnya pendekatan adaptasi jangka panjang, bukan hanya mitigasi jangka pendek.

Teknologi Prediksi Cuaca dan Peran Data

Dalam menghadapi cuaca ekstrem, teknologi prediksi cuaca berperan penting. BMKG kini menggunakan model prediksi numerik berbasis satelit yang lebih akurat, sehingga peringatan dini bisa lebih tepat sasaran.

Selain itu, integrasi data antara BMKG, BRIN, dan BNPB diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan informasi real-time terkait risiko bencana. Transparansi data ini juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga resmi.

Jakarta Hujan Terbesar: Rekor dan Catatan Historis

Fenomena hujan ekstrem di Jakarta mengingatkan publik pada catatan sejarah Jakarta Hujan Terbesar yang pernah tercatat beberapa kali. Salah satunya adalah peristiwa tahun 2007, ketika hujan lebat menyebabkan banjir besar dan melumpuhkan hampir seluruh kota.

Catatan historis ini penting karena menunjukkan bahwa Jakarta memiliki kerentanan tinggi terhadap curah hujan ekstrem. Dengan memahami pola historis, perencana kota dan pemerintah dapat merancang strategi mitigasi yang lebih efektif di masa depan.

Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?

Selain mengandalkan pemerintah, masyarakat juga perlu berperan aktif menghadapi potensi hujan ekstrem. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Menjaga kebersihan saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan.

  • Memantau peringatan dini dari BMKG melalui aplikasi resmi.

  • Menyiapkan perlengkapan darurat di rumah, seperti obat-obatan, lampu darurat, dan stok makanan.

  • Menggunakan transportasi alternatif saat jalur utama tergenang.

Kesadaran kolektif antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama agar Jakarta lebih tangguh menghadapi cuaca ekstrem.

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel