Potret Kesehatan di Jawa Timur: Tantangan, Program, dan Harapan

Detikabar.info - Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia, memiliki peran penting dalam sektor kesehatan nasional. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 41 juta jiwa, pemerataan dan kualitas layanan kesehatan di Jawa Timur menjadi prioritas utama pemerintah daerah dan pusat. Berbagai program kesehatan terus digalakkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mengurangi angka kematian ibu dan bayi, serta menanggulangi penyakit menular maupun tidak menular. Di balik berbagai pencapaian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari ketimpangan akses hingga rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat.



Potret Kesehatan di Jawa Timur


Layanan Kesehatan di Jawa Timur

Secara administratif, layanan kesehatan di Jawa Timur didukung oleh ratusan fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur, terdapat lebih dari 2.500 puskesmas, 9 rumah sakit milik provinsi, 64 rumah sakit milik kabupaten/kota, serta lebih dari 200 rumah sakit swasta. Di tingkat pedesaan, puskesmas dan posyandu berperan vital dalam memberikan layanan kesehatan dasar, terutama bagi ibu hamil, balita, dan lansia.

Seiring waktu, layanan kesehatan di Jawa Timur juga mengalami digitalisasi. Beberapa rumah sakit besar seperti RSUD Dr. Soetomo di Surabaya telah menerapkan sistem informasi kesehatan elektronik yang mempermudah pasien dalam pendaftaran, konsultasi, hingga rekam medis. Tak hanya itu, beberapa daerah seperti Malang, Banyuwangi, dan Kediri mulai memperluas layanan kesehatan berbasis teknologi untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil.

Program Unggulan Pemerintah Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki beberapa program unggulan di bidang kesehatan yang telah berjalan selama beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah Program Jatim Sehat, yang bertujuan meningkatkan layanan kesehatan masyarakat dengan memperkuat fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas dan posyandu.

Selain itu, program Bantuan Sosial Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) diberikan kepada warga miskin yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Program ini sangat membantu masyarakat kurang mampu dalam mengakses layanan kesehatan tanpa harus memikirkan biaya besar.

Provinsi Jawa Timur juga gencar menjalankan program Zero Stunting, sebagai upaya mencegah kasus stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Program ini melibatkan berbagai pihak mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, hingga kader posyandu untuk memantau tumbuh kembang balita secara berkala.

Tantangan Kesehatan di Jawa Timur

Meski program-program tersebut telah berjalan cukup baik, Jawa Timur masih menghadapi sejumlah persoalan serius di sektor kesehatan. Salah satunya adalah angka kematian ibu melahirkan dan bayi yang masih cukup tinggi di beberapa daerah pedesaan. Keterbatasan tenaga medis, jarak tempuh ke fasilitas kesehatan, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan menjadi faktor utama penyebabnya.

Selain itu, Jawa Timur juga menghadapi tantangan dalam penanggulangan penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) dan HIV/AIDS. Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Timur, jumlah kasus TBC di provinsi ini termasuk yang tertinggi di Indonesia. Beberapa daerah seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang menjadi wilayah dengan angka kasus TBC terbanyak.

Potret Kesehatan di Jawa Timur

Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, dan stroke juga mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Gaya hidup masyarakat urban yang kurang sehat, konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, serta minimnya aktivitas fisik menjadi penyebab utamanya. Ditambah lagi, kebiasaan merokok di kalangan remaja dan dewasa muda di Jawa Timur cukup tinggi, sehingga menjadi ancaman serius bagi kesehatan generasi mendatang.

Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan

Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam meningkatkan kualitas layanan dan derajat kesehatan masyarakat. Peran aktif warga, kader kesehatan, serta organisasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyukseskan berbagai program kesehatan. Di beberapa desa di Banyuwangi dan Blitar misalnya, terdapat Forum Kesehatan Desa (FKD) yang aktif melakukan edukasi tentang gizi seimbang, pentingnya imunisasi, serta penanggulangan penyakit menular.

Kegiatan Posyandu juga tetap menjadi ujung tombak layanan kesehatan di tingkat desa. Para kader Posyandu tidak hanya bertugas menimbang balita dan memberikan imunisasi, tetapi juga berperan sebagai pendamping keluarga dalam hal kesehatan reproduksi, gizi anak, dan pola hidup sehat.

Gerakan Kampung Tangguh yang sempat populer saat pandemi COVID-19, masih dilanjutkan di beberapa wilayah dengan fokus baru, seperti pengendalian TBC, pengelolaan sampah, serta ketahanan pangan berbasis lokal. Konsep ini terbukti efektif dalam menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan yang sehat.

Digitalisasi Layanan Kesehatan di Era Modern

Dalam beberapa tahun terakhir, Jawa Timur mulai menerapkan berbagai inovasi berbasis digital untuk mendukung layanan kesehatan masyarakat. Beberapa aplikasi seperti Jatim Sehat, E-Posyandu, hingga Telemedicine dari RSUD Dr. Soetomo memudahkan masyarakat dalam berkonsultasi dengan dokter secara online, memantau jadwal imunisasi anak, hingga mengakses informasi kesehatan.

Di masa pandemi, sistem telekonsultasi sangat membantu warga di daerah terpencil yang kesulitan datang ke rumah sakit. Kini, layanan tersebut tetap dipertahankan dan bahkan dikembangkan menjadi sistem pemantauan penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes.

Potret Kesehatan di Jawa Timur

Harapan Masa Depan Kesehatan Jawa Timur

Dengan berbagai tantangan yang ada, sektor kesehatan di Jawa Timur masih memiliki banyak ruang untuk berkembang. Peningkatan jumlah tenaga medis di daerah pelosok, pemerataan fasilitas kesehatan, serta penguatan sistem layanan kesehatan berbasis digital menjadi harapan besar masyarakat.

Pemerintah daerah diharapkan terus mendorong kolaborasi lintas sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, sosial, hingga ekonomi untuk menciptakan masyarakat Jawa Timur yang sehat, produktif, dan sejahtera. Selain itu, edukasi tentang gaya hidup sehat sejak dini perlu lebih digencarkan di sekolah-sekolah dan lingkungan keluarga.

Jika seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dapat bergerak bersama, bukan tidak mungkin Jawa Timur akan menjadi provinsi dengan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dan merata di masa depan.

 

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel